Meski manusia punya kemampuan mengolah makanan, bukan berarti rahangnya melemah. Rahang manusia justru lebih kuat dibandingkan dengan simpanse atau manusia purba yang terbiasa mengunyah kulit kayu dan biji-bijian.
Selama ini gigitan manusia diduga melemah karena bentuk rahang dan giginya relatif lebih kecil dibandingkan postur tubuh secara keseluruhan. Selain itu, kemampuan mengolah makanan membuat manusia tidak perlu mengunyah makanan keras.
Namun dugaan itu masih menyisakan teka-teki, karena lapisan enamel pada gigi manusia cukup tebal. Padahal lapisan setebal itu umumnya ditemukan pada makhluk yang memiliki gigitan yang cukup kuat.
Teka-teki itu akhirnya terjawab, ketika peneliti di Australia berhasil mematahkan dugaan tersebut. Gigitan manusia ternyata 40 persen lebih efektif dibandingkan simpanse, gorila, orangutan, serta 2 jenis manusia purba yakni Australopithecus africanus dan Paranthropus boisei yang dijuluki manusia pengunyah biji-bijian (nutcracker man).
"Untuk ukurannya, rahang manusia paling efektif dibanding para kerabatnya. Ukuran memang berpengaruh, tetapi efektifitas lebih penting. Dan manusia adalah penggigit paling efektif," ungkap Stephen Wroe, ahli sejarah dari University of New South Wales, diutip dari Live Science, Rabu (23/6/2010).
Dalam mengungkap fakta tersebut, peneliti menggunakan model 3 dimensi yang dibuat berdasarkan pencitraan Computerized Axial Tomography (CAT scan) terhadap ukuran tengkorak beberapa spesies primata. Simulasi tersebut memberikan gambaran detail tentang tekanan yang timbul dari sebuah gigitan.
Teknik tersebut sering digunakan untuk meneliti kekuatan rahang pada spesies yang langka dan sulit ditemukan. Salah satunya, Wroe dan rekan-rekan pernah menggunakannya untuk meneliti hiu putih raksasa yang kini sudah punah.
Temuan ini memberi harapan untuk mengungkap lebih jauh, bagaimana proses evolusi pada diet dan pertumbuhan manusia terjadi. Salah satunya terkait hubungan antara semakin membesarnya volume otak, dengan mengecilnya ukuran rahang.
Detail penelitian ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Proceedings edisi 22 Juni 2010.