
Yakuza memblokir jalan di Tokyo untuk melapangkan jalan bagi 50 ton bantuan ke area gempa.
Gempa 9 skala richter  yang menguncang Jepang telah mengakibatkan lebih dari 18 ribu jiwa  menjadi korban. Data sementara menunjukkan 7.197 jiwa dipastikan  meninggal dunia, sementara 10.905 lainnya resmi dinyatakan hilang.
Kehilangan sanak saudara, handai  tolan pun dirasakan kelompok mafia Jepang atau dikenal dengan nama  Yakuza. Terkadang kondisi terburuk membuat orang melakukan hal yang  baik.
Tak lama berselang setelah  gelombang tsunami menerjang, dua kelompok besar Yakuza bergerak  menjadikan kantor mereka sebagai basis untuk distribusi makanan, air dan  selimut. Barang-barang tersebut langsung dikirmkan melalui dua truk  besar ke daerah terkena bencana.
Sehari setelah gempa,  Inagawa-kai, kelompok Yakuza ketiga terbesar di Jepang mengirimkan dua  puluh lima truk dengan kapasitas masing-masing empat ton yang mengangkut  popok kertas, ramen (sejenis mie) instant, baterai, lampu pijar,  minuman dan kebutuhan sehari-hari lainnya ke daerah Tohoku.
Eksekutif Sumiyoshi-kai,  kelompok Yakuza kedua terbesar bahkan menawarkan pengungsian bagi warga  asing. Sementara Yamaguchi-gumi, kelompok Yakuza terbesar di negara  sakura itu juga membuka kantor di seluruh negara serta mengirimkan  kebutuhan kepada korban secara diam-diam.
Inagawa-kai merupakan kelompok  yang paling aktif karena memiliki akar kuat pada daerah bencana.  Inagawa-kai memblokade jalanan di Tokyo guna mengirimkan 50 ton  perbekalan ke Hitachinaka City Hall, prefektur Ibaki, pada tengah malam  tanggal 12 maret hingga pagi hari 13 maret 2011. Pengiriman tersebut  tanpa menyebutkan pengirim karena takut adanya penolakan dari para  korban.
Inagawa Kai mengirimkan 70 truk  ke Ibaraki dan Fukushima yang memiliki tingkat radiasi nuklir tinggi.  Secara keseluruhan, kelompok itu telah menggerakan barang kebutuhan  sebesar 100 ton ke Tohoku. Mereka mengirimkan bantuan tanpa perlindungan  apapun.
Angota Yamaguchi-gumi mengatakan  pihaknya tidak ingin disebutkan sebagai pengirim guna menghindari  penolakan dari korban. "Saat ini tidak ada seorang pun yang ingin  diasosiasikan dengan kami, dan kami tidak suka jika bantuan kami  ditolak," kata anggota Yakuza itu seperti dilansir dari laman the Daily  Beast. Salah satu anggota lain juga berkata, "Saat ini, tidak ada yakuza  atau katagi (warga biasa) atau gaijin (orang asing) di Jepang sekarang.  Kami adalah Jepang semua. Kita semua perlu membantu satu sama lain."
Bagi anda yang tak kenal dengan  Yakuza, mungkin akan terkaget-kaget pada awalnya. Tapi kegiatan  filantropi ini sudah dimulai sejak tahun 1995 ketika gempa Kobe terjadi.  Yamaguchi-gumi adalah pihak yang paling sigap tanggap bencana  menyerahkan bantuan kepada korban ketika itu. Bantuan tersebut juga  dibayar dengan dana yang mereka kumpulkan dari orang-orang di sekitar  gempa.
Membingungkan memang. Siapa  menyangka Yakuza yang sehari-hari melakukan praktek ilegal seperti  mengumpulkan uang kemanan, pemerasan, dan kekerasan, bisa melakukan  kegiatan kemanusiaan seperti ini. Meski begitu, sejak pasca perang  Jepang, Yakuza berperan penting dalam menciptakan keamanan di negeri  sakura.
Tapi tetap diingat Yakuza  merupakan organisasi kriminal, dan mereka memiliki cara sendiri untuk  menekan tingkat kriminalitas. Penduduk Jepang sendiri saat ini masih  mengagumi dan menenggang aksi Yakuza.
Bagaimana dengan respons  Kepolisian Jepang terhadap aksi bala bantuan ini? Ada perjanjian tak  tertulis antara Polisi dan Yakuza. Kepolisian saat ini dapat menerima  tindakan mereka tersebut asalkan mereka tak menjadikan hal ini untuk  publisitas semata.
Saat ini terdapat lebih dari 80  ribu angota Yakuza. Polisi negeri Jepang biasa menyebutnya dengan  shiteiboryokudan yang berarti kelompok yang menggunakan kekerasan.

