Pengamat Ekonomi Farial Anwar memaparkan bahwa menurut data yang diperoleh dari Fox dan Bloomberg, mata uang Rupiah termasuk ke dalam The Worst Currencies (mata uang sampah).
"Kita (rupiah) dianggap mata uang sampah," ungkap Farial dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2011, di Hotel Century Atlet, Senayan, Jakarta, Kamis (23/12/2010).
Adapun kriteria dari penilaian itu adalah nilai nominasi yang terdapat pada rupiah yang dianggap terlalu besar. "Karena nolnya kebanyakan. Masa USD1 bisa sampai ribuan (rupiah), seharusnya nilai tukar diubah dan membuat nilainya (angka) dihilangkan," paparnya.
Selain itu, redenominasi tersebut juga dapat diambil sisi positifnya yaitu membuat penghitungan jadi lebih mudah. "APBN jadi mudah dihitung, karena sekarang nilainya sudah luar biasa. Jadi nantinya pemerintah pusat dan daerah lebih mudah mengelola, pengelolaan moneter juga lebih mudah bahkan perhitungan dagang juga lebih mudah," imbuhnya.
Selain hal juga, nilai volatilitas rupiah yang dinilai masih sangat tidak stabil alias cepat naik turun. "Naik turun rupiah juga memperngaruhi dengan tidak ada kepastian kalau nilai akan naik atau turun dengan cepat," pungkasnya
Saat ini Rupiah berada di posisi enam dalam hitungan mata uang sampah. Sedangkan peringkat satu dan seterusnya ditempati oleh Zimbabwe, Somalia, dan Turkmenistan