Waktu kita SD (tepatnya SD negeri dan beberapa SD swasta), kebanyakan dari kita (termasuk saya) yang diajarkan RUMUS lingkaran adalah π (pi) = 3.14 atau 22/7..
btw itu gambar pi yang saya copas.. gak tau jadinya malah kaya huruf N kecil.. :onion-103:
tahukah anda kalau pi itu bukanlah 3.14 atau 22/7??
kalau mau diuraikan 22/7 hasilnya adalah : (perhatikan)
3,142857142857142857.. dst
dan pi adalah :
3,1415926535897932384626433832795.. dst
apa bedanya?
22/7 menghasilkan bilangan dengan angka berulang dibelakang koma..
yaitu angka 142857 yang terus berulang2..
sedangkan pi menghasilkan angka dibelakang koma tanpa pengulangan sama sekali..
keliatan simple dan "mendekati" tapiiiii... untuk perhitungan science internasional jelas itu kesalahan FATAL...
so, saya gak heran kalo "kebanyakan" juara olimpiade matematika atau fisika yang berasal dari Indonesia, biasanya sekolah di sekolah2 swasta yang perhitungannya bertaraf internasional..
disini saya bukanlah pihak yang membodoh2i bangsa sendiri, tapi kiranya menjadi acuan kedepan untuk lebih memajukan mata pelajaran yang sampe sekarang (keponakan saya) masih diajarkan..
mungkin ada yang berpendapat "itu agar anak2 lebih memahami" tapi kalo para juara olimpiade itu bisa, kenapa yang lain tidak? saya rasa segala hal yang diajarkan pasti bisa dipelajari..
tambahan :
untuk perhitungan pi dan 22/7 kayak gini
jadi 22/7 > pi
FYI
lupa ngasih tau kalo (phi) sama (pi) itu beda.... yang dimaksud disini itu "pi"
kalo "phi" itu golden ratio = 1.61803399
untuk fakta menarik pi:
1. Madhava berhasil menghitung π = 3.14159265359, tepat 11 angka desimal dibelakang koma. Rekornya dikalahkan tahun 1424 oleh mathematician dari Persia, Jamshīd al-Kāshī, yang menemukan 16 angka desimal dibelakang koma.
2. Kontribusi utama Eropa setelah Archimedes dibuat mathematician Jerman Ludolph van Ceulen (1540–1610), yang menggunakan metode geometris untuk menghitung π sampai 35 dibelakang koma. Dia sangat bangga dengan perhitungannya, dan permintaan terakhirnya adalah menulis angka tersebut pada batu nisannya.
btw itu gambar pi yang saya copas.. gak tau jadinya malah kaya huruf N kecil.. :onion-103:
tahukah anda kalau pi itu bukanlah 3.14 atau 22/7??
kalau mau diuraikan 22/7 hasilnya adalah : (perhatikan)
3,142857142857142857.. dst
dan pi adalah :
3,1415926535897932384626433832795.. dst
apa bedanya?
22/7 menghasilkan bilangan dengan angka berulang dibelakang koma..
yaitu angka 142857 yang terus berulang2..
sedangkan pi menghasilkan angka dibelakang koma tanpa pengulangan sama sekali..
keliatan simple dan "mendekati" tapiiiii... untuk perhitungan science internasional jelas itu kesalahan FATAL...
so, saya gak heran kalo "kebanyakan" juara olimpiade matematika atau fisika yang berasal dari Indonesia, biasanya sekolah di sekolah2 swasta yang perhitungannya bertaraf internasional..
disini saya bukanlah pihak yang membodoh2i bangsa sendiri, tapi kiranya menjadi acuan kedepan untuk lebih memajukan mata pelajaran yang sampe sekarang (keponakan saya) masih diajarkan..
mungkin ada yang berpendapat "itu agar anak2 lebih memahami" tapi kalo para juara olimpiade itu bisa, kenapa yang lain tidak? saya rasa segala hal yang diajarkan pasti bisa dipelajari..
tambahan :
untuk perhitungan pi dan 22/7 kayak gini
jadi 22/7 > pi
FYI
lupa ngasih tau kalo (phi) sama (pi) itu beda.... yang dimaksud disini itu "pi"
kalo "phi" itu golden ratio = 1.61803399
untuk fakta menarik pi:
1. Madhava berhasil menghitung π = 3.14159265359, tepat 11 angka desimal dibelakang koma. Rekornya dikalahkan tahun 1424 oleh mathematician dari Persia, Jamshīd al-Kāshī, yang menemukan 16 angka desimal dibelakang koma.
2. Kontribusi utama Eropa setelah Archimedes dibuat mathematician Jerman Ludolph van Ceulen (1540–1610), yang menggunakan metode geometris untuk menghitung π sampai 35 dibelakang koma. Dia sangat bangga dengan perhitungannya, dan permintaan terakhirnya adalah menulis angka tersebut pada batu nisannya.